Selasa, 27 September 2016

Makalah Aliran-aliran pendidikan

Makalah Pengantar Pendidikan


ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN








OLEH KELOMPOK 5 :


 NUR FATMAWATI (1443041003)
HARISA (1443041004)
NURDIAN RAMADHANI A. (1443041005)




JURUSAN ADMININSTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
2014


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. Wb
            Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam karna berkat izin dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini pada tepat waktu.
            Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Pengantar Pendidikan“ . Adapun masalah yang di bahas dalam makalah ini yaitu “Aliran-Aliran Pendidikan “ .
            Dalam penulisan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan penulisan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu penyelesaian makalah sederhana ini.
            Penulis sadar akan kemampuan menulis yang masih sederhana. Tapi dalam makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi penulis yakin bahwa penulisan makalah ini masih banyak memimiliki kekurangan, Oleh karena itu penulis mengucapkan mohon maaf.
            Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Meskipun makalah ini memiliki kekurangan dan kelebihan, namun penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Terima kasih!


Makassar, 15 Oktober 2014

Penulis



DAFTAR ISI


Kata Pengantari..................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii

BAB I  PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C.       Tujuan Penulisan................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
            A. Aliran klasik dalam pendidikan............................................................ 3
B. Gerakan baru pendidikan dan pengaruhnya terhadap pelaksanaan
     di Indonesia.......................................................................................... 8
C. Aliran pokok pendidikan di Indonesia.................................................. 9

BAB  III PENUTUP
A.  Kesimpulan.......................................................................................... 14
B.  Saran.................................................................................................... 14

Daftar Pustaka....................................................................................................... 15


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dari dulu sampai sekarang ini pendidikan merupakan hal yang paling penting untuk membawa mereka kepada kehidupan yang lebih baik, dan masalah sukses tidaknya pendidikan tidak lepas dari faktor pembawaan dan lingkungan. Pembawaan dan lingkungan merupakan hal yang tidak mudah untuk di jelaskan sehingga memerlukan penjelasan dan uraian yang tidak sedikit.
Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusaha mencari jawaban, tentang perkembangan manusia itu sebenarnya bergantung kepada pembawaan ataukah lingkungan. Dalam hal ini penulis akan memaparkan beberapa pendapat dari aliran-aliran klasik, di antaranya aliran nativisme, naturalisme, empirisme dan konvergensi, serta pengaruhnya terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia.
Aliran-aliran pendidkan telah dimulai sejak awal hidup manusia karena setiap kelompok manusia selalu dihadapakan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam berbagai kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman yunani kuno samapai sekarang.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalh ini yaitu :
1.      Bagaimana Aliran klasik dalam pendidikan ?
2.      Apa saja Gerakan baru pendidikan dan pengaruhnya terhadap pelaksanaan di Indonesia ?
3.      Jelaskan aliran pokok pendidikan di Indonesia !

C.    TUJUAN
Dalam pembahasan kali ini pemakalah mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pendapat aliran-aliran  pendidikan.
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Dasar Pendidikan
























BAB II
 PEMBAHASAN

A.     Aliran klasik dalam pendidikan
Aliran ini merupakan pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah dimulai pada zaman Yunani kuno, dan dengan kontribusi berbagai bagian dunia lainnya, akhirnya berkembang dengan pesat di Eropa dan Amerika Serikat. Aliran-aliran klasik meliputi aliran, nativisme, naturalisme, empirisme dan konvergensi merupakan benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikran poendidikan masa lalu, kini, dan mungkin yang akan datang.

a.      Aliran Nativisme
Nativisme adalah suatu doktrin filosofis yang berpengaruh besar dalam pemikiran psikologis. Tokoh utamanya Arthur Schopenhaur (1788-1860) seorang filosuf berkebangsaan Jerman.  Aliran ini berpandangan bahwa yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah faktor keturunan dan pembawaan atau sifat-sifat yang dibawanya sejak lahir. Pendidikan dan pengalaman hidup lainnya tidak dapat mengubah sifat-sifat keturunan/pembawaaan manusia.
Usaha-usaha mendidik dalam pandangan aliran ini merupakan usaha yang sia-sia. Karena pandangan pesimis ini, maka aliran ini dalam dunia pendidikan disebut “Pesimesme pedagogis.” Secara singkat keturunan diartikan semua sifat-sifat atau cirri-ciri yang melekat pada seorang anak yang merupakan regenerasi dari orang tuanya. Sedangkan pembawaan adalah seluruh kemungkinan atau potensi-potensi yang terdapat pada seseorang yang selama perkembangannya bisa direalisasikan atau pengertian ini bisa disamakan dengan bakat (anleg). Omar Muihammad Al-Toumi Al-Syaibani menyebutkan keturunan/pembawaan sebagai cirri dan sifat-sifat yang diwarisi dari orang tuanya. Sifat-sifat tersebut dibagi tiga macam.
1.      Sifat-sifat tubuh (Jasmani), seperti warna kulit, warna mata, ukuran tubuh, bentuk kepala, wajah, rambat dan lain-lain.
2.      Sifat-sifat akal, seperti cerdas, pandai, bebal, bodoh dan lain-lain.
3.      Sifat-sifat akhlak atau moral, seperti prilaku baik, prilaku jahat, pemberani, pemarah, pemaaf, penyabar, penolong, beriman dan bertaqwa, dan lain-lain.
b.      Naturalisme
Hampir sama dengan aliran nativsime adalah aliran naturalisme. Nature artinya alam atau apa yang dibawa sejak lahir. Aliran ini berpendapat bahwa pada dasarnya semua anak (manusia) adalah baik. Meskipun aliran ini percaya dengan kebaikan awal manusia, aliran ini tidak menafikan peranan dan pengaruh lingkungan atau pendidikan. Pendidikkan yang baik akan mengantarkan terciptanya manusia yang baik. Sebaliknya pendidikan dan lingkungan yang jelek akan berakibat manusia menadi jelek juga.
J. Rooseau sebagai tokoh aliran ini mengatakan, “semua anak adalah baik pada dilahirkan, tetapi menjadi rusak di tangan manusia”. Oleh karena itu dia mengajukan pendapat agar pendidikan anak menggunakan sistem “pendidikan alam”. Artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang menurut alamnya. Manusia dan masyarakat jangan terlalu ikut mencampurinya.
Dalam konteks pembentukan moral siswa, maka menurut aliran nativisme, moral seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri sesuai dengan sifat-sifat pembawaan yang ada sejak manusia lahir, dan pendidikan tidak mempunyai peran dalam membentuk moral siswa.
c.       Aliran Emperisme
Aliran emperisme berlawanan dengan aliran nativisme. Kalau dalam nativisme pembawaan atau keturunan menjadi faktor penentu yang mempengaruhi perkembangan manusia, maka dalam emperisme yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah lingkungan dan pengalaman pendidikannya.
Tokoh utama aliran ini adalah Jhon Locke (1632-1704) dengan gagasan awalnya mendirikan “The school of british empiricism” (aliran emperisme Inggris). Sekalilpun aliran ini bermarkas di Inggris tetapi pengaruhnya sampai ke Amerika Serikat sehingga melahirkan aliran “environmental psychology” (Psikologi lingkungan, 1988).
Sartain (Seorang ahli psikologi Amerika) menyebutkan bahwa yang dimaksud lingkungan adalah semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Kemudian dia membagi lingkungan menjadi tiga bagian; lingkungan alam/luar (external environment), lingkungan dalam (internal environment) dan lingkungan sosial (social environment).
Aliran ini juga mendapat dukungan dari kaum behavioris, salah satu tokoh tulen behavioris Waston berkata : “Berilah saya sejumlah anak yang baik keadaan badannya dan situasi yang saya butuhkan, dan dari setiap orang anak, entah yang mana dapat saya jadikan dokter, seorang pedagang, seorang ahli hokum, atau jika memang dikehendaki, menjadi seorang pengemis atau seorang pencuri”.
Secara eksplisit aliran emperisme menekankan betapa peran lingkungan dan pengalaman pendidikan sangat besar dalam mengubah atau mengembangkan manusia dan setiap anak bisa dibentuk sesuai dengan kepentingan dan arahan lingkungan. Pendapat kaum emperis yang optimis ini, di dalam dunia pendidikan dikenal dengan “optimisme pedagogis”.
Doktrin mendasar yang masyhur dalam aliran emperisme adalah teori “tabula rasa”, sebuah istilah latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan. Dalam arti perkembangan manusia tergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
Dalam hal ini, para penganut emperisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa anak kelak tergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya.
Nabi Muhammad SAW : bersabda :
“Semua anak dilahirkan dalam keadaan suci, ibu dan bapaknya yang akan menentukan apakah anak tersebut akan menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi”
          (HR. Bukhari).
Bagi aliran ini, pembentukan moral dan prilaku manusia akan sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Lingkungan yang baik (bermoral) tempat di mana anak-anak melakukan interaksi akan terpengaruh pada terciptana anak-anak yang berprilaku dan bermoral baik. Demikian pula lingkungan yang tidak baik akan menciptakan anak-anak yang bermoral tidak baik.
d.      Aliran Konvergensi
Munculnya aliran konvergensi merupakan respon terhadap pertentangan antara dua aliran ekstrim nativisme dan emperisme. Konvergensi berusaha untuk mengkompromikan arti penting aspek keturunan pada satu sisi dan aspek lingkungan di sisi yang lain sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia. Tokoh aliran ini, Louis William Sterm, seorang psikolog Jerman (1871-1938).
Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi manusia, aliran ini tidak hanya berpegang pada lingkungan, pengalaman/pendidikan saja, tetapi juga mempercayai faktor keturunan. Konvergensi memposisikan pembawaan dan lingkungan dalam posisi yang sama-sama penting. Pembawaan tidak mempunyai arti apa-apa terhadap perkembangan manusia jika tidak didukung oleh kondisi lingkungan yang memadai. Demikian pula lingkungan dan pengalaman tanpa adanya bakat pembawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia sesuai dengan harapan. Bagi aliran konvengensi, keturunan dan lingkungan sama-sama mempunyai peran dan andil dalam perkembangan manusia.
Keterkaitan peran antara keturunan dan lingkungan dapat diumpamakan dengan menyemai benih tanaman yang bagus, jika ingin menghasilkan tanaman yang bagus, maka harus disemai di lahan yang subur. Seandainya benih tersebut disemai di tanah yang tidak cocok atau tandus, maka hasilnya tidak akan sesuai harapan. Demikian pula sebaliknya sesubur apapun tanahnya, jika benih yang ditanam tidak bagus maka hasilnya pun tentu kurang bagus.
Dalam hal ini yang berbeda mungkin tingkat dominasi tingkat pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap pertumbuhan manusia. Pengaruh kedua faktor ini juga berbeda melihat umur dan fase pertumbuhan yang dilalui. Faktor keturunan umumnya lebih kuat pengaruhnya pada tingkat bayi. Faktor keturunan berkembang sebelum terjadinya interaksi sosial serta adanya pengalaman-pengalaman baru. Sebaliknya faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya apabila manusia meningkat dewasa. Karena waktu itu ruang gerak untuk melakukan interaksi dengan lingkungan sosial dan pengalaman-pengalaman hidup semakin luas terbuka.
Di samping itu faktor pembawaan (tabi’at) yang diwarisi sejak manusia lahir juga menentukan tingkat penerimaan dalam perubahan moral. Perbedaan penerimaan perubahan ini dapat kita saksikan khususnya pada anak-anak. Anak-anak biasanya tidak menutup-nutupi dengan sengaja dan sadar karakter yang dimilikinya. Kita dapat menyaksikan bagaimana tingkat penerimaan mereka terhadap perbaikan karakter, Ada sebagian anak yang dengan mudah menerima proses perubahan atau perbaikan tetapi sering kita saksikan pula banyak anak yang enggan menerima perbaikan karakter itu. Sikap mereka ada yang keras dan ada yang malu-malu”[6]



B. Gerakan baru pendidikan dan pengaruhnya terhadap pelaksanaan di Indonesia

a.      Pengajaran alam sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini antara lain: Fr. A. Fingerb(1808-1888). Dengan pengajajaran alam sekitar guru dapat meragakan secara langsung. Pengajaran ini memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar dan catat saja.
b.      Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran ini dirintis oleh Ovideminat Decroly (1871-1932) dari Belgia. Dalam pengajaran ini harus dididik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus diarahkan kepada pembentukan individu dan anggota masyarakat. Oleh karena itu, anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri (tentang hasrat dan cita-citanya) dan pengetahuan tentang dunianya (lingkungan tempat hidup dihari depannya).
c.       Sekolah kerja
Menurut J.A Comenius (1592-1670) gerakan sekolah kerja menekankan agar pendidikan mengembangkan fikiran, ingatan, bahasa, dan tangan (keterampilan kerja tangan). Selain itu menurut J.H Pestalozzi (1746-1827) mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran disekolahnya.
d.      Pengajaran Proyek
Menurut John Dewey (1859-1952) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses kehidupan itu sendiri dan bukannya penyiapan untuk kehidupan masa depan. Dalam pengajaran ini, anak bebas menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan), merancang serta memimpinnya.

C. aliran pokok pendidikan di Indonesia
Yang dimaksud aliran pokok di Indonesia adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu  tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia. Secara historis, pendidikan yang melembaga telah dikenal sebelum Belanda menjajah Indonesia. 
  1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa

Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, ( Lahir 2 Mei 1889 dengan nama Suwardi Suryaningrat ) pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan taman Indira ( Taman kanak-kanak ) dan Kursus Guru, selanjutnya Taman muda ( SD ), disusul Taman Dewasa merangkap Taman Guru ( Mulo-Kweekschool ).  Sekarang ini telah dikembangkan sehingga meliputi pula taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana sarjana Wiyata. Dengan demikian Taman Siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan.

a.      Asas dan Tujuan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan taman Siswa mempunyai tujuh asas perjuangan untuk menghadapi pemerintah colonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup bersifat nasional, dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut dikenal dengan “asas 1922” , sebagai berikut :
1)      Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri ( Zelf Besschikkingsrecht ) dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
2)      Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
3)      Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
4)      Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
5)      Hidup dengan kekuatan sendiri
6)      Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan ( Zelfbegrotings-system ).
7)      Berhamba pada anak didik
Dalam perkembangan selanjutnya Taman siswa melengkapi  “ Asas 1922” tersebut dengan “ Dasar-dasar 1947 “ yang disebut pula “ Panca Dharma “ yaitu :
1.      Asas Kemerdekaan
2.      Asas Kodrat Alam
3.      Asas Kebudayaan
4.      Asas Kebangsaan
5.      Asas Kemanusiaan
Tujuan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa adalah :
Ø  Sebagai Badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
Ø  Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.

b.      Upaya-upaya pendidikan yang dilakukan Taman siswa
Di lingkungan perguruan, untuk mencapai tujuannya Taman Siswa berusaha dengan jalan sebagai berkut :
Ø  Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi.
Ø  Mengikuti dan mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa.
Ø  Menumbuhkan lingkungan hidup keluraga Taman Siswa, sehingga dapat tampak wujud masyarakat Taman Siswa yang dicita-citakan.
Ø  Meluaskan kehidupan ke Taman Siswa-an di luar lingkungan masyarakat perguruan.
Ø  Menjalankan kerja pendidikan untuk masyarakat umum dengan dasar-dasar dan hidup Taman Siswa
Ø  Menyelenggarakan usaha-usaha kemasyarakatan dalam masyarakat dalam bentuk-bentuk badan social, Usaha-usaha pembentukan kesatuan hidup kekeluargaan sebagai pola masyarakat baru Indonesia, usaha pendidikan kader pembangunan.
Ø  Mengusahakan terbentuknya pusat – pusat kegiatan kemasyarakatan dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan masyarakat.

c.       Hasil-hasil yang dicapai
Berbagai hal seperti pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga – lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar alumni perguruan. Ketiga pencapaian itu merupakan pencapaian sebagai suatu yayasan pendidikan.

  1. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang pendidik INS ( Indonesia Nederlandsche School ) didirikan oleh Mohammad Sjafei ( lahir di Matan, Kalbar tahun 1895 ) pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam ( Sumatera barat ).

a.      Asas dan tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mempunyai asas-asas sebagai berikut :
1)      Berpikir logis dan rasional
2)      Keaktifan atau kegiatan
3)      Pendidikan masyarakat
4)      Memperhatikan pembawaan anak
5)      Menentang intelektualisme
Setelah kemerdekaan Indonesia, Moh. Sjafei mengembangkan asas-asas pendidikan INS menjadi dasar-dasar pendidikan Republik Indonesia, menjadi sebagai berikut :
Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan, Kerakyatan, Kebangsaan, Kebangsaan, Gabungan antara pendidikan ilmu umum dan kejuruan, Percaya pada diri sendiri juga pada Tuhan, Berakhlak ( bersusila ) setinggi mungkin, Bertanggung jawab akan keselamatan nusa dan bangsa, Berjiwa aktif positif, Mempunyai daya cipta, Cerdas, logis dan rasional, Berperasaan tajam, halus dan estetis,Gigih atau ulet yang sehat,Correct atau tepat,Emosional atau terharu,Jasmani sehat dan kuat,Cakap berbahasa,Sanggup hidup sederhana, Sanggup mengerjakan sesuatu pekerjaan, Sebanyak mungkin memakai kebuyaan nasional, Waktu mengajar para guru menjadi objek dan murid sebagai subjek, Para guru mencontohkan pelajaran-pelajarannya, Diusahakan agar pelajar mempunyai darah ksatria, Mempunyai jiwa konsentrasi, Pemeliharaan(perawatan) sesuatu usaha, Menepati janji, Sebelum pekerjaan dimulai dibiasakan menimbangnya dulu sebaik-       baiknya, Kewajiban harus dipenuhi, Hemat.
Tujuan Ruang Pendidik INS kayu Tanam adalah :
1.      Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
2.      Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3.      Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
4.      Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab
5.      Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan

b.      Usaha – usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
-   Memantapkan dan menyebarluaskan gagasan – gagasannya tentang pendidikan nasional
-   Menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan dan program khusus untuk menjadi guru
-   Penerbitan Majalah anak –anak (Sendi), buku bacaan dalam rangka pemberantasan buta huruf dan angka, mencetak buku – buku pelajaran.

c.       Hasil yang dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Mengupayakan gagasan – gagasan tentang pendidikan nasional (terutama pendidikan keterampilan / kerajinan), beberapa ruang pendidikan ( jenjang persekolahan  ), dan sejumlah alumni.












PENUTUP


KESIMPULAN

Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia diharapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuannya didalam berbagai kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan dimulai dari zaman yunani kuno sampai kini. Oleh karena itu, kajian ini dibatasi hanya pada beberapa rumpun aliran klasik dilanjutkan dengan beberapa gerakan baru yang pengaruhnya masih terasa hingga kini, dan akhirnya dua tonggak penting pemikiran pendidikan di Indonesia.




SARAN
           
Diharapkan dengan generasi muda yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuannya didalam berbagai kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan dimulai dari zaman yunani kuno sampai kini. Oleh karena itu hendaknya kita lebih memahami tentang aliran-aliran pendidikan













DAFTAR PUSTAKA


·         Tirtarahardja, Umar. 2000.  Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

·         Syah, Muhibbin. 1995.  Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan BaruBandung : PT. Remaja Rosda Karya.

·         Omar M. al-Toumy al-Syaibani. 1979.  Falsafah Pendidikan Islam.  Jakarta : Bulan Bintang.

·         Purwanto, M. Ngalim. 1988. Ilmu Pendidikan Teoritis dan PraktisBandung : PT. Remaja Rosda Karya.

·         Al-Ghazali. 1994. Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia. Bandung : Kharisma.





0 komentar:

Posting Komentar