Makalah
Pengantar Pendidikan
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
OLEH KELOMPOK 5 :
NUR FATMAWATI (1443041003)
HARISA (1443041004)
NURDIAN RAMADHANI A. (1443041005)
JURUSAN ADMININSTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi
Allah swt Tuhan semesta alam karna berkat izin dan kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang sederhana ini pada tepat waktu.
Pembuatan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Pengantar Pendidikan“ . Adapun masalah yang
di bahas dalam makalah ini yaitu “Aliran-Aliran Pendidikan “ .
Dalam penulisan makalah ini penulis
menemui berbagai hambatan dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan penulisan
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan makalah ini. Oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah sederhana ini.
Penulis sadar akan kemampuan menulis
yang masih sederhana. Tapi dalam makalah ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin, tetapi penulis yakin bahwa penulisan makalah ini masih banyak
memimiliki kekurangan, Oleh karena itu penulis mengucapkan mohon maaf.
Akhir kata, harapan penulis semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Meskipun makalah ini memiliki
kekurangan dan kelebihan, namun penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca. Terima kasih!
Makassar,
15 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantari..................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan
Penulisan................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Aliran klasik dalam pendidikan............................................................ 3
B. Gerakan baru pendidikan dan pengaruhnya
terhadap pelaksanaan
di Indonesia.......................................................................................... 8
C. Aliran pokok pendidikan di Indonesia.................................................. 9
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.......................................................................................... 14
B.
Saran.................................................................................................... 14
Daftar
Pustaka....................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dari dulu sampai
sekarang ini pendidikan merupakan hal yang paling penting untuk membawa mereka
kepada kehidupan yang lebih baik, dan masalah sukses tidaknya pendidikan tidak
lepas dari faktor pembawaan dan lingkungan. Pembawaan
dan lingkungan merupakan hal yang tidak mudah untuk di jelaskan
sehingga memerlukan penjelasan dan uraian yang tidak sedikit.
Telah bertahun-tahun
lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan lain-lain
memikirkan dan berusaha mencari jawaban, tentang perkembangan manusia
itu sebenarnya bergantung kepada pembawaan ataukah lingkungan. Dalam hal ini
penulis akan memaparkan beberapa pendapat dari aliran-aliran klasik, di
antaranya aliran nativisme, naturalisme, empirisme dan konvergensi, serta pengaruhnya
terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia.
Aliran-aliran
pendidkan telah dimulai sejak awal hidup manusia karena setiap kelompok manusia
selalu dihadapakan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan
yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam berbagai kepustakaan tentang
aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai
dari zaman yunani kuno samapai sekarang.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalh ini yaitu :
1.
Bagaimana Aliran klasik dalam pendidikan ?
2.
Apa saja Gerakan baru pendidikan dan pengaruhnya terhadap pelaksanaan di
Indonesia ?
3.
Jelaskan aliran pokok pendidikan di Indonesia !
C.
TUJUAN
Dalam pembahasan kali ini pemakalah
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pendapat
aliran-aliran pendidikan.
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Dasar Dasar Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Aliran klasik dalam
pendidikan
Aliran ini merupakan
pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah dimulai pada zaman Yunani
kuno, dan dengan kontribusi berbagai bagian dunia lainnya, akhirnya berkembang
dengan pesat di Eropa dan Amerika Serikat. Aliran-aliran klasik meliputi
aliran, nativisme, naturalisme, empirisme dan konvergensi merupakan benang
merah yang menghubungkan pemikiran-pemikran poendidikan masa lalu, kini, dan
mungkin yang akan datang.
a. Aliran Nativisme
Nativisme adalah suatu
doktrin filosofis yang berpengaruh besar dalam pemikiran psikologis. Tokoh
utamanya Arthur Schopenhaur (1788-1860) seorang filosuf berkebangsaan Jerman. Aliran ini berpandangan bahwa yang
mempengaruhi perkembangan manusia adalah faktor keturunan dan pembawaan atau
sifat-sifat yang dibawanya sejak lahir. Pendidikan dan pengalaman hidup lainnya
tidak dapat mengubah sifat-sifat keturunan/pembawaaan manusia.
Usaha-usaha mendidik
dalam pandangan aliran ini merupakan usaha yang sia-sia. Karena pandangan
pesimis ini, maka aliran ini dalam dunia pendidikan disebut “Pesimesme
pedagogis.” Secara singkat keturunan diartikan semua sifat-sifat atau
cirri-ciri yang melekat pada seorang anak yang merupakan regenerasi dari orang
tuanya. Sedangkan pembawaan adalah seluruh
kemungkinan atau potensi-potensi yang terdapat pada seseorang yang selama
perkembangannya bisa direalisasikan atau pengertian ini bisa disamakan dengan
bakat (anleg). Omar Muihammad Al-Toumi Al-Syaibani menyebutkan
keturunan/pembawaan sebagai cirri dan sifat-sifat yang diwarisi dari orang
tuanya. Sifat-sifat tersebut dibagi tiga macam.
1. Sifat-sifat tubuh
(Jasmani), seperti warna kulit, warna mata, ukuran tubuh, bentuk kepala, wajah,
rambat dan lain-lain.
2. Sifat-sifat akal, seperti cerdas, pandai, bebal, bodoh dan lain-lain.
3. Sifat-sifat akhlak
atau moral, seperti prilaku baik, prilaku jahat, pemberani, pemarah, pemaaf,
penyabar, penolong, beriman dan bertaqwa, dan lain-lain.
b. Naturalisme
Hampir
sama dengan aliran nativsime adalah aliran naturalisme. Nature artinya alam
atau apa yang dibawa sejak lahir. Aliran ini berpendapat bahwa pada dasarnya
semua anak (manusia) adalah baik. Meskipun aliran ini percaya dengan kebaikan
awal manusia, aliran ini tidak menafikan peranan dan pengaruh lingkungan atau
pendidikan. Pendidikkan yang baik akan mengantarkan terciptanya manusia yang baik.
Sebaliknya pendidikan dan lingkungan yang jelek akan berakibat manusia menadi
jelek juga.
J.
Rooseau sebagai tokoh aliran ini mengatakan, “semua anak adalah baik pada
dilahirkan, tetapi menjadi rusak di tangan manusia”. Oleh karena itu dia
mengajukan pendapat agar pendidikan anak menggunakan sistem “pendidikan alam”.
Artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang menurut alamnya. Manusia
dan masyarakat jangan terlalu ikut mencampurinya.
Dalam
konteks pembentukan moral siswa, maka menurut aliran nativisme, moral seseorang
ditentukan oleh dirinya sendiri sesuai dengan sifat-sifat pembawaan yang ada
sejak manusia lahir, dan pendidikan tidak mempunyai peran dalam membentuk moral
siswa.
c. Aliran Emperisme
Aliran emperisme
berlawanan dengan aliran nativisme. Kalau dalam nativisme pembawaan atau
keturunan menjadi faktor penentu yang mempengaruhi perkembangan manusia, maka
dalam emperisme yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah lingkungan dan
pengalaman pendidikannya.
Tokoh utama aliran ini
adalah Jhon Locke (1632-1704) dengan gagasan awalnya mendirikan “The
school of british empiricism” (aliran emperisme Inggris). Sekalilpun
aliran ini bermarkas di Inggris tetapi pengaruhnya sampai ke Amerika Serikat
sehingga melahirkan aliran “environmental psychology” (Psikologi lingkungan,
1988).
Sartain (Seorang ahli
psikologi Amerika) menyebutkan bahwa yang dimaksud lingkungan adalah semua
kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah
laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Kemudian dia membagi lingkungan
menjadi tiga bagian; lingkungan alam/luar (external environment), lingkungan
dalam (internal environment) dan lingkungan sosial (social environment).
Aliran ini juga
mendapat dukungan dari kaum behavioris, salah satu tokoh tulen behavioris
Waston berkata : “Berilah saya sejumlah anak yang baik keadaan badannya dan
situasi yang saya butuhkan, dan dari setiap orang anak, entah yang mana dapat
saya jadikan dokter, seorang pedagang, seorang ahli hokum, atau jika memang
dikehendaki, menjadi seorang pengemis atau seorang pencuri”.
Secara eksplisit
aliran emperisme menekankan betapa peran lingkungan dan pengalaman pendidikan
sangat besar dalam mengubah atau mengembangkan manusia dan setiap anak bisa
dibentuk sesuai dengan kepentingan dan arahan lingkungan. Pendapat kaum emperis
yang optimis ini, di dalam dunia pendidikan dikenal dengan “optimisme
pedagogis”.
Doktrin mendasar yang
masyhur dalam aliran emperisme adalah teori “tabula rasa”, sebuah istilah latin
yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank
tablet). Doktrin tabula rasa
menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan. Dalam arti
perkembangan manusia tergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya,
sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
Dalam
hal ini, para penganut emperisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula
rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak
menjadi apa anak kelak tergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya.
Nabi Muhammad SAW : bersabda :
“Semua anak
dilahirkan dalam keadaan suci, ibu dan bapaknya yang akan menentukan apakah
anak tersebut akan menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi”
(HR. Bukhari).
Bagi
aliran ini, pembentukan moral dan prilaku manusia akan sangat tergantung pada
kondisi lingkungannya. Lingkungan yang baik (bermoral) tempat di mana anak-anak
melakukan interaksi akan terpengaruh pada terciptana anak-anak yang berprilaku
dan bermoral baik. Demikian pula lingkungan yang tidak baik akan menciptakan
anak-anak yang bermoral tidak baik.
d. Aliran Konvergensi
Munculnya aliran
konvergensi merupakan respon terhadap pertentangan antara dua aliran ekstrim
nativisme dan emperisme. Konvergensi berusaha untuk mengkompromikan arti
penting aspek keturunan pada satu sisi dan aspek lingkungan di sisi yang lain
sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia. Tokoh aliran ini, Louis
William Sterm, seorang psikolog Jerman (1871-1938).
Dalam menetapkan
faktor yang mempengaruhi manusia, aliran ini tidak hanya berpegang pada
lingkungan, pengalaman/pendidikan saja, tetapi juga mempercayai faktor
keturunan. Konvergensi memposisikan pembawaan dan lingkungan dalam posisi yang
sama-sama penting. Pembawaan tidak mempunyai arti apa-apa terhadap perkembangan
manusia jika tidak didukung oleh kondisi lingkungan yang memadai. Demikian pula
lingkungan dan pengalaman tanpa adanya bakat pembawaan tidak akan mampu
mengembangkan manusia sesuai dengan harapan. Bagi aliran konvengensi, keturunan
dan lingkungan sama-sama mempunyai peran dan andil dalam perkembangan manusia.
Keterkaitan peran
antara keturunan dan lingkungan dapat diumpamakan dengan menyemai benih tanaman
yang bagus, jika ingin menghasilkan tanaman yang bagus, maka harus disemai di
lahan yang subur. Seandainya benih tersebut disemai di tanah yang tidak cocok
atau tandus, maka hasilnya tidak akan sesuai harapan. Demikian pula sebaliknya
sesubur apapun tanahnya, jika benih yang ditanam tidak bagus maka hasilnya pun
tentu kurang bagus.
Dalam hal ini yang
berbeda mungkin tingkat dominasi tingkat pengaruh keturunan dan lingkungan
terhadap pertumbuhan manusia. Pengaruh kedua faktor ini juga berbeda melihat
umur dan fase pertumbuhan yang dilalui. Faktor keturunan umumnya lebih kuat
pengaruhnya pada tingkat bayi. Faktor keturunan berkembang sebelum terjadinya
interaksi sosial serta adanya pengalaman-pengalaman baru. Sebaliknya faktor
lingkungan lebih besar pengaruhnya apabila manusia meningkat dewasa. Karena waktu itu ruang gerak untuk melakukan interaksi
dengan lingkungan sosial dan pengalaman-pengalaman hidup semakin luas terbuka.
Di
samping itu faktor pembawaan (tabi’at) yang diwarisi sejak manusia lahir juga
menentukan tingkat penerimaan dalam perubahan moral. Perbedaan penerimaan perubahan ini dapat kita saksikan
khususnya pada anak-anak. Anak-anak biasanya tidak menutup-nutupi dengan
sengaja dan sadar karakter yang dimilikinya. Kita dapat menyaksikan bagaimana
tingkat penerimaan mereka terhadap perbaikan karakter, Ada sebagian anak yang
dengan mudah menerima proses perubahan atau perbaikan tetapi sering kita
saksikan pula banyak anak yang enggan menerima perbaikan karakter itu. Sikap
mereka ada yang keras dan ada yang malu-malu”[6]
B. Gerakan baru pendidikan dan pengaruhnya terhadap
pelaksanaan di Indonesia
a. Pengajaran alam sekitar
Gerakan pendidikan
yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar,
perintis gerakan ini antara lain: Fr. A. Fingerb(1808-1888). Dengan
pengajajaran alam sekitar guru dapat meragakan secara langsung. Pengajaran ini
memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya
duduk, dengar dan catat saja.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran ini
dirintis oleh Ovideminat Decroly (1871-1932) dari Belgia. Dalam pengajaran ini
harus dididik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam
masyarakat, anak harus diarahkan kepada pembentukan individu dan anggota
masyarakat. Oleh karena itu, anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri
sendiri (tentang hasrat dan cita-citanya) dan pengetahuan tentang dunianya
(lingkungan tempat hidup dihari depannya).
c. Sekolah kerja
Menurut J.A Comenius
(1592-1670) gerakan sekolah kerja menekankan agar pendidikan mengembangkan
fikiran, ingatan, bahasa, dan tangan (keterampilan kerja tangan). Selain itu
menurut J.H Pestalozzi (1746-1827) mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran
pertukaran disekolahnya.
d. Pengajaran Proyek
Menurut John Dewey
(1859-1952) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses kehidupan itu
sendiri dan bukannya penyiapan untuk kehidupan masa depan. Dalam pengajaran
ini, anak bebas menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan), merancang serta
memimpinnya.
C. aliran pokok pendidikan di Indonesia
Yang dimaksud aliran pokok di Indonesia adalah Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang
Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di
Indonesia. Secara historis, pendidikan yang melembaga telah dikenal sebelum
Belanda menjajah Indonesia.
- Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan
oleh Ki Hajar Dewantara, ( Lahir 2 Mei 1889 dengan nama Suwardi Suryaningrat )
pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya
mulai didirikan taman Indira ( Taman kanak-kanak ) dan Kursus Guru, selanjutnya
Taman muda ( SD ), disusul Taman Dewasa merangkap Taman Guru ( Mulo-Kweekschool
). Sekarang ini telah dikembangkan
sehingga meliputi pula taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana sarjana Wiyata.
Dengan demikian Taman Siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan.
a. Asas dan Tujuan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan taman Siswa mempunyai tujuh asas
perjuangan untuk menghadapi pemerintah colonial Belanda serta sekaligus untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bersifat nasional, dan demokrasi. Ketujuh
asas tersebut dikenal dengan “asas 1922” , sebagai berikut :
1) Bahwa setiap orang
mempunyai hak mengatur dirinya sendiri (
Zelf Besschikkingsrecht ) dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri
kehidupan umum.
2) Bahwa pengajaran harus
memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat
memerdekakan diri.
3) Bahwa pengajaran harus
berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
4) Bahwa pengajaran harus
tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
5) Hidup dengan kekuatan
sendiri
6) Bahwa sebagai
konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri
segala usaha yang dilakukan (
Zelfbegrotings-system ).
7) Berhamba pada anak
didik
Dalam perkembangan selanjutnya Taman siswa
melengkapi “ Asas 1922” tersebut dengan
“ Dasar-dasar 1947 “ yang disebut pula “ Panca Dharma “ yaitu :
1.
Asas Kemerdekaan
2.
Asas Kodrat Alam
3.
Asas Kebudayaan
4.
Asas Kebangsaan
5.
Asas Kemanusiaan
Tujuan Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa adalah :
Ø Sebagai Badan
perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
Ø Membangun anak didik
menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya, serta sehat
jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab
atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
b. Upaya-upaya pendidikan yang dilakukan Taman siswa
Di lingkungan perguruan, untuk mencapai
tujuannya Taman Siswa berusaha dengan jalan sebagai berkut :
Ø Menyelenggarakan tugas
pendidikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi.
Ø Mengikuti dan
mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa.
Ø Menumbuhkan lingkungan
hidup keluraga Taman Siswa, sehingga dapat tampak wujud masyarakat Taman Siswa
yang dicita-citakan.
Ø Meluaskan kehidupan ke
Taman Siswa-an di luar lingkungan masyarakat perguruan.
Ø Menjalankan kerja
pendidikan untuk masyarakat umum dengan dasar-dasar dan hidup Taman Siswa
Ø Menyelenggarakan
usaha-usaha kemasyarakatan dalam masyarakat dalam bentuk-bentuk badan social,
Usaha-usaha pembentukan kesatuan hidup kekeluargaan sebagai pola masyarakat
baru Indonesia, usaha pendidikan kader pembangunan.
Ø Mengusahakan
terbentuknya pusat – pusat kegiatan kemasyarakatan dalam berbagai bidang
kehidupan dan penghidupan masyarakat.
c. Hasil-hasil yang dicapai
Berbagai hal seperti pemikiran tentang pendidikan
nasional, lembaga – lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai dengan Sarjana
Wiyata, dan sejumlah besar alumni perguruan. Ketiga pencapaian itu merupakan
pencapaian sebagai suatu yayasan pendidikan.
- Ruang Pendidik
INS Kayu Tanam
Ruang pendidik INS ( Indonesia Nederlandsche
School ) didirikan oleh Mohammad Sjafei ( lahir di Matan, Kalbar tahun 1895 )
pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam ( Sumatera barat ).
a. Asas dan tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS Kayu
Tanam mempunyai asas-asas sebagai berikut :
1)
Berpikir logis dan rasional
2)
Keaktifan atau kegiatan
3)
Pendidikan masyarakat
4)
Memperhatikan pembawaan anak
5)
Menentang intelektualisme
Setelah kemerdekaan
Indonesia, Moh. Sjafei mengembangkan asas-asas pendidikan INS menjadi
dasar-dasar pendidikan Republik Indonesia, menjadi sebagai berikut :
Ke-Tuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan, Kerakyatan, Kebangsaan, Kebangsaan, Gabungan antara
pendidikan ilmu umum dan kejuruan, Percaya pada diri sendiri juga pada Tuhan,
Berakhlak ( bersusila ) setinggi mungkin, Bertanggung jawab akan keselamatan
nusa dan bangsa, Berjiwa aktif positif, Mempunyai daya cipta, Cerdas, logis dan
rasional, Berperasaan tajam, halus dan estetis,Gigih atau ulet yang
sehat,Correct atau tepat,Emosional atau terharu,Jasmani sehat dan kuat,Cakap
berbahasa,Sanggup hidup sederhana, Sanggup mengerjakan sesuatu pekerjaan,
Sebanyak mungkin memakai kebuyaan nasional, Waktu mengajar para guru menjadi
objek dan murid sebagai subjek, Para guru mencontohkan pelajaran-pelajarannya,
Diusahakan agar pelajar mempunyai darah ksatria, Mempunyai jiwa konsentrasi,
Pemeliharaan(perawatan) sesuatu usaha, Menepati janji, Sebelum pekerjaan
dimulai dibiasakan menimbangnya dulu sebaik-
baiknya, Kewajiban harus dipenuhi, Hemat.
Tujuan Ruang Pendidik
INS kayu Tanam adalah :
1.
Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
2.
Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
3.
Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
4.
Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani
bertanggung jawab
5.
Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan
b. Usaha – usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
-
Memantapkan dan menyebarluaskan gagasan – gagasannya
tentang pendidikan nasional
-
Menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan dan
program khusus untuk menjadi guru
-
Penerbitan Majalah anak –anak (Sendi), buku bacaan dalam rangka pemberantasan buta huruf dan
angka, mencetak buku – buku pelajaran.
c. Hasil yang dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Mengupayakan gagasan – gagasan tentang pendidikan
nasional (terutama pendidikan keterampilan / kerajinan), beberapa ruang
pendidikan ( jenjang persekolahan ), dan
sejumlah alumni.
PENUTUP
KESIMPULAN
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena
setiap kelompok manusia diharapkan dengan generasi muda keturunannya yang
memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuannya didalam berbagai
kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan
dimulai dari zaman yunani kuno sampai kini. Oleh karena itu, kajian ini
dibatasi hanya pada beberapa rumpun aliran klasik dilanjutkan dengan beberapa
gerakan baru yang pengaruhnya masih terasa hingga kini, dan akhirnya dua
tonggak penting pemikiran pendidikan di Indonesia.
SARAN
Diharapkan dengan
generasi muda yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuannya
didalam berbagai kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan,
pemikiran-pemikiran tentang pendidikan dimulai dari zaman yunani kuno sampai
kini. Oleh karena itu hendaknya kita lebih memahami tentang aliran-aliran
pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
·
Tirtarahardja, Umar. 2000. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
·
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi
Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung
: PT. Remaja Rosda Karya.
·
Omar M. al-Toumy al-Syaibani.
1979. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan
Bintang.
·
Purwanto, M. Ngalim. 1988. Ilmu Pendidikan
Teoritis dan Praktis. Bandung
: PT. Remaja Rosda Karya.
·
Al-Ghazali. 1994. Mengobati
Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia. Bandung : Kharisma.
0 komentar:
Posting Komentar